maloi

Minggu, 05 Juni 2011

Kesampingkan masalahmu dan . . .

SELALU harus ada yang dikesampingkan....
Mungkin itu kalimat yang tepat untuk menggambarkan suasana hati saya saat ini. Pikiran, perasaan, keinginan dan lain sebagainya sedang berkecamuk di dalam diri. Akhirnya, baru saja saya putuskan untuk memilah-milah persoalan dan beban yang perlu segera saya pikirkan atau selesaikan. Paling kurang biar ada pengurangan masalah.

Beberapa masalah dapat saya abaikan untuk malam ini. Rencananya akan saya tanggulangi besok, lusa, tula atau entah kapan. Setelah dipilah-pilah, ternyata cuma ada satu yang mengganjal untuk malam ini. Yakni masa lalu. Ada begitu banyak kebahagiaan, tapi tak sedikit kesedihan. Sudah pasti yang membahagiakan jadi kenangan. Susahnya untuk yang menyedihkan, karena karena menyakitkan, apalagi kalau terus diingat.

Tahapan memilah saya ulangi di sub masalah 'yang menyedihkan'. Saya pilah dalam kategori penting atau tak penting, membangun atau malah menjatuhkan, menguatkan atau melemahkan. Jawaban yang saya dapat adalah hampir sama, antara kriteria positif dan negatifnya. Hahaha, sudah pasti itu karena berhubungan dengan perasaan.

Akhirnya tibalah saya pada satu kesimpulan. Selalu harus ada yang dikesampingkan.Koq bisa? Truss? Ya bisa saja. Tokh sejak awal saya sedang memilah,dan setelah dipilah sana-sini, saya dapatkan prioritas masalah. Namun tahapan kesimpulan mengharuskan saya kesampingkan yang soal masa lalu ini.

Sampai di sini harusnya saya menaikan posisi urutan masalah kedua dari hasil memilah tadi. Namun setelah dipikir-pikir, masalah yang ada di urutan keduapun perlu saya kesampingkan. Sebab tak mungkin saya selesaikan malam ini.

Maka tak ayal, semua urutan masalah yang ada jadinya harus saya kesampingkan malam ini. Sebab yang saya butuhkan sekarang adalah saat yang teduh. Paling kurang untuk mengucap syukur pada TUHAN atas segala kebaikanNya dan untuk menyiapkan diri menjalani jadwal rutin tiap tanggal satu. Apa itu? Ah rasanya tak perlu saya jelaskan di sini. Yang pasti bukan soal gajian, atau perpuluhan, ini masalah pribadi (lainnya) dengan TUHAN.

Selain saat teduh, saya ingin menulis catatan ini. Dan di akhir tulisan ini saya diyakinkan bahwa saya butuh istirahat. Kesampingkan masalahmu dan beristirahatlah.. Bukan karena tak mau memikirkannya atau lari dari masalah, tapi biarlah kesusahan sehari cukuplah untuk sehari. Uppsss, jangan ketawa dulu, sebab ini bukan kata-kata penghiburan untuk masalah saya. Sebab memang saya butuh istirahat..
Bagaimana dengan Anda.?

Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri.Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari." ~ Matius 6:34



01 November 2010

Sabtu, 04 Juni 2011

Ah berlebihan

Larry King dalam bukunya "How to talk to anyone, anytime, anywhere" mengatakan : dalam seni berbicara tak seorangpun yang tak dapat diajak bicara, bila kita memiliki sikap yang tepat. Sikap itu harusnya mengarah pada bagaimana kita bisa menyampaikan pesan dengan cara yang efektif.

Larry King seorang pembawa acara program talk show yang mempunyai rating tinggi di CNN. Di buku ini dia membeberkan rahasia tentang bagaimana menguasai seni berbicara yang tepat sehingga tidak hanya disukai orang tetapi juga menguntungkan bagi kita yang telah menguasai seni berbicara.

Beberapa hari ini, otak saya dipusingkan dengan berpikir bagaimana cara mengkomunikasikan sebuah pesan secara efektif itu. Ambil saja contoh yang tengah saya pikirkan ketika memulai 'note' ini, bagaimana seharusnya saya mengatakan pada seorang teman bahwa dia salah. Masing-masing orang dengan caranya sendiri-sendiri dan kalau sudah begitu, menurut hemat saya, Larry King pun tak bisa mengatakan itu salah. Tetapi kemudian saya juga yakin bahwa ketika apa yang kita komunikasikan tidak direspon secara baik oleh penerima pesan kita, saya yakin Larry benar, bahwa kita gagal dalam berkomunikasi. Ketika ternyata saya temui kenyataan bahwa saya gagal dalam berkomunikasi dengan adik-adik saya di rumah, saya bertanya-tanya, apa ada yang salah? Ternyata benar, setelah dianalisa, kebetulan karena saya yang paling tua di rumah, saya cenderung berkomunikasi secara 'kasar', mungkin karena saya mengganggap mereka tidak lebih tahu dari saya. Saya cenderung menyampaikan pesan dengan ancaman. Sekarang baru saya sadar, cara itu memang tidak efektif. Mungkin itulah sebabnya lawan bicara saya tidak paham apa yang saya sampaikan, bahkan cenderung "ogah-ogahan" terhadap pesan saya. Seperti catatan Larry King dalam bukunya itu, kini saya sudah coba memandang suatu hal dari sudut pandang yang baru, mengambil titik pandang lain, termasuk tidak menyampaikannya secara kasar.

Jadi memang benar, pada dasarnya tak seorangpun yang tak dapat diajak bicara, bila kita memiliki sikap yang tepat. Salah satu sikap saya yang kurang tepat adalah menganggap saya yang paling tahu, dan mereka tidak. Bahkan saya cenderung menganggap lebih tahu tentang mereka. Terkadang memang saya berlebihan....

Kamis, 02 Juni 2011

Cerita tiga senior

Kemarin ada tiga hal menarik yang saya alami. Ketiganya berhubungan dengan tiga senior.

Senior pertama, teman sekampus yang sekarang bertugas di salah satu koran di ibukota. Walaupun bagi-bagi cerita antara kami terjadi via telpon, saya tetap merasakan sesuatu yang menyenangkan, paling kurang ada rindu yang terobati. Dari dia saya pernah belajar banyak hal. Topik yang kami bahas seputar kerjaan kami di bidang media. Sebenarnya ‘tingkatan’ menariknya cerita antara kami kemarin sore itu cuma saya yang bisa rasa. Mungkin karena ikatan personal antar kami sebagai senior - yunior di kampus sekaligus karena dia mantan pemred di majalah tempat kami pernah sama-sama bekerja.

Dalam waktu yang hampir bersamaan datang kabar dari senior kedua. Yang ini via FB. Sama-sama pekerja media. Dia broadcaster senior dari Surabaya yang belum lama ini jadi konsultan pada salah satu radio di Kupang, yang kebetulan saja, di radio itu kami sempat kenalan dan banyak tukar pikiran soal dunia penyiaran. Sekali lagi di sinipun ada kerinduan yang terobati. Walaupun tidak begitu lama dia dikontrak bekerja di Kupang, tapi banyak hal menarik dia bagikan pada saya.



Sekarang gilirannya senior ketiga. Yang ini, benar-benar senior. Umurnya kira-kira 55 tahun. Bedanya dengan dua senior tadi, yang ini sekarang jadi teman kerja. Lebih tepatnya dia bos saya. Pemilik salah satu radio di Kupang. Saya sudah mengenalnya sejak tahun 2006 lalu.

Cerita dengan senior yang ketiga ini terjadi di studio siaran. Dimulai dengan tuturannya tentang pengalaman masa mudanya saat dia merintis karir di dunia usaha dari nol. Dari cerita panjang sekitar satu jam, saya sempat menangkap matanya yang berkaca-kaca, waktu dia mereview masa dimana dia sadar bahwa dia tidak mampu karena berbagai kekurangan yang dimilikinya - maaf - termasuk cacat fisiknya. Tapi dia mengakhiri ceritanya dengan pesan bagus untuk saya, “Theny, ini semua cuma karena doa. Sejak dari nol Tuhan mungkinkan saya belajar hal-hal kecil dari orang lain, hingga sekarang saya bisa melakukannya sendiri.”


Salam hormat untuk Bung AM, ES dan ML. Terima kasih karena memberi kesempatan bagi saya belajar hal-hal kecil.


Souverdy 4 Obf, 01 03 2011

Rabu, 01 Juni 2011

ethral dan endy

Saya punya seorang kenalan, Ethral namanya. Entah nama itu dicopot dari mana. Hingga kini, saya tak mengerti arti nama itu. Ia seorang yang sederhana. Sepintas lalu, terlihat tak ada yang istimewa dari dia. Bahkan banyak orang justru menganggapnya sebagai laki-laki lugu yang terlalu jujur, polos dan apa adanya. Pada berbagai kesempatan bersama, misalnya dalam sebuah kelompok kecil, Ethral ini selalu menjadi sumber cerita. Karena keluguannya dia selalu jadi bahan tertawaan banyak orang. Sering juga apa yang dia ceritakan ditimpali orang sekenanya, sambil bercanda, tapi Ethral akan membalasnya dengan serius. Sudah pasti, karena keluguannya.

Ada pula seorang teman lain bernama Endy. Ia orang penting. Memang tak banyak yang mengenalnya karena namanya tak mengglobal di kalangan yang luas. Tidak sampai sembilan puluh sembilan persen warga kota Kupang mengenalnya. Sebab ia cuma seorang pekerja gereja (koster). Ia penting hanya di kalangan gereja itu. Hampir semua hal diurusnya. Mulai dari kebersihan gereja, administrasi gereja, pemain musik pengiring kebaktian, dan seterusnya. Rasa-rasanya kalau tak ada Endy, banyak kegiatan gereja akan pincang.

Kalau Anda diminta memilih dari dua nama itu, manakah yang Anda pilih. Apakah Anda memilih untuk menjadi Ethral ataukah Endy? Sekarang saya akan coba untuk memilih menjadi Ethral. Pastilah saya cukup senang, karena menjadi orang biasa-biasa saja. Tak banyak yang perlu saya pikirkan, tentu karena saya seorang yang lugu. Tak peduli harus jadi bahan tertawaan orang, tokh saya lugu kan?

Kalau saya menjadi Endy, saya akan sangat berbahagia. Menjadi seorang pekerja gereja pastilah menyenangkan. Iman saya bertumbuh, semua yang saya tahu akan saya tuangkan untuk kepentingan pelayanan dan kemuliaan nama Tuhan.

Bagaimana dengan pilihan Anda? Kalau Anda sudah punya jawabannya, sekarang, saya akan mulai ‘jujur’. Sebenarnya Ethral dan Endy adalah satu orang. Dan memang begitulah orangnya. Tidak semua hal menyenangkan dari tokoh kita ini. Tapi tidak semua hal dari dirinya jelek.

Kegigihan laki-laki jomblo setengah baya ini luar biasa. Pertama kali mengenalnya sekitar tahun 1994, dia seorang anak SMKK yang menghidupi dirinya dari berjualan sayur atau ikan segar keliling kota. Percaya atau tidak, mungkin dia satu-satunya koster yang punya titel Sarjana.

Keberhasilannya dalam pendidikan membuatnya kini dipercaya sebagai kepala tata usaha di gerejanya. Satu hal yang tidak saya lupa dari teman saya ini adalah saya belajar mengenal orang lain dengan caranya. “Seburuk apapun sifat seseorang, selalu ada yang baik dari dia”, begitu katanya.

(diambil dari kumpulan tulisan enythaipen ~ 2009)